Tinjuan Bayangan Saensak Muangsurin
Sejarah tinju Thailand memang tidak diragukan lagi apalagi adanya pengaruh Muay Thai yang mereka miliki. Olahraga tinju pun berkembang secara cepat di negara Thailand.
Di artikel ini, kita akan menelusuri profil singkat dari Saensak Muangsurin uang mungkin kurang dikenal di Barat tetapi justru dicintai di Asia.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, ada sebuah disclaimer karena informasi tentang petarung ini sedikit langka. Ini juga disebabkan karena tidak adanya mekanisme untuk mecatatkan sejarah sebagai pro di olahraga tinju.
Tendangan Muay Thai
Berasal dari Provinsi Phetchabun dengan nama asli: Boonsong Mansri, Saensak beralih ke olahraga nasional mereka pada awal karirnya. Dia muncul di tahun 1970-an, dimana Poot Lorlek dan Vicharnnoi Porntawee sedang menjadi primadona Muay Thai pada saat itu.
Dikenal karena tangan kirinya yang mematikan dan gaya bertarungnya yang ultra-agresif, ia dikenal sebagai Bayangan Iblis diantara moniker lain yang bermunculan di dunia Muay Thai Thailand.
Pada tahun 1971, ia memenangkan gelar Lumpinee di divisi Kelas Welter Junior, dan sebelum menjadi profesional, ia membawa pulang medali emas tinju Southeast Asian Peninsular Games (Asian Games saat ini) pada tahun 1973. Pada tahun tersebut, ia memenangkan setiap pertarungan dengan Kontes Penghentian Wasit.
Menjadi Pro dalam dua pertarungan pertama
Eksploitasinya di Muay Thai menarik perhatian promotor Filipina, Lope Sarreal, yang juga dikenal menangani Gabriel “Flash” Elorde, yang merupakan juara bertahan terlama di kelas buku super.
Dengan itu, Saensak membuat debut tinju profesionalnya dengan maksimal di Hua Mark arena, Bangkok pada 16 November 1974 mengalahkan petinju Pinoy kelahiran Stockton, Rudy Barro hanya dalam 58 detik.
Tiga bulan setelah itu, ia menghadapi Tetsuo “Lion” Furuyama. Tetapi legenda Muay Thai ini dibuat berkeringat sebelum mengalahkan petaruh Jepang itu pada ronde ketujuh dari sepuluh ronde yang dijadwalkan.
“Juara Tinju Dunia Tercepat”
Dengan sepasang kemenangan yang sudah menempal di ikat pinggangnya, saham Muangsurin telah melonjak dan sekarang berada di peringkat nomor 4 WBC. Maka, dia sekarang mengarahkan perhatiannya pada Perico Fernandez, dengan petinju Spanyol memegang sabuk kelas welter ringan.
Dengan demikian, pertarungan yang telah dilakukan pada 15 Juli 1975, “World Collapsing Southpaw” adalah sejarah yang ia buat saat ia mencetak KO pada ronde kedelapan. Saensak Muangsurin meraih sabuk hanya dengan pertarungan profesional ketiganya.
Pada tahun 2014, Vasyl Lomachenko mengikat rekor dengan jumlah pertarungan setelah keputusan mayoritas atas Gary Russell Jr untuk juara kelas bulu WBO yang kosong. Namun, Saensak melakukannya dengan secara singkat yaitu sebelas hari. Menariknya, petinju Ukraina yang berhasil ia kalahkan dan juga kalah dari Orlando Salido karena kelebihan berat badan dalam pertarungan keduanya.
Jatuh bangun dalam perebutan gelar
Saensak membuat satu pertahanan dalam gelar pertamanya, mengalahkan Furuyama dalam sebuah keputusan sebelum kehilangan sabuk juara dari Miguel Velasquez pada Juni 1976 di Madrid, dengan adanya diskualifikasi yang cukup kontroversial. Empat bulan kemudian,ia merebut kembali gelar di Segovia, mengalahkan petarung Spanyol itu di babak kedua.
Dari sana, ia berhasil mempertahankan tujuh gelar kelas welter ringan dunia WBC. Termasuk kemenangan berulang atas mantan rivalnya, Fernandez pada tahun 1977. Itu terbukti menjadi puncak karir Saensak sebagai petinju sekaliber dunia, meskipun cara bertarungnya tidak lazim.
Redupnya karir Saensak
Sayangnya, karir Saensak sebagai petinju juara dunia meredup pada tanggal 30 Desember 1978 di Seoul, Korea Selatan. Dimana ia telah tersingkir oleh tantangan tuan rumah Kim Sang-Hyun di ronde ke 13.
Dari sana, puncak kejayaan tinjunya pun berakhir. Saensak kalah empat kali dalam lima pertandingan berikutnya sebagai penutup karirnya diatas ring. Salah satu kekalahan datang yang dibuat oleh seorang bintang yang sedang naik daun bernama Thomas Hearns, yang kemudian menjadi superstar tinju dan menghiasi poster tinju pada tahun 1980-an.
Rekor profesionalnya mencapai 14 kemenangan (11 dengan KO dan 6 kekalahan). Dia pensiun karena cedera, terutama pada mata kanannya.
Saensak Muangsurin meninggal dunia pada 16 April 2009 dalam usia 58 tahun. Namun, prestasi langkanya sebagai juara dunia tercepat tidak akan pernah dilupakan oleh para penggemar.
Manny x M88 Mansion
Di website ini, Manny Mansion 88 adalah proyek awal dari kemitraan antara Pacquiao dan website permainan online terkemuka di Asia dengan tagline “Asia’s leading online casino M88 Mansion”. Di sini, Anda akan menemukan informasi, update dan berita terkini tentang petinju kelas dunia serta game unggulan hasil kolaborasi bersama Manny.