SEJARAH TINJU THAILAND

SEJARAH TINJU THAILAND

Artikel ini menampilkan sejarah tinju yang penuh warna di Thailand, mulai dari asal mula Muay Thai hingga para jawara nya.

Sejarah Singkat Muay Thai

Thailand memiliki seni bela diri yang kaya bahkan sebelum kemunculan tinju yang kita kenal sekarang. Muay Thai menawarkan beberapa gaya hingga makin populer hingga saat ini.

Dikenal sebagai “Seni Delapan Tungkai”, Muay Thai berasal dari kata Muay Boran (awalnya dikenal sebagai Toi Muay). Istilah tersebut merupakan istilah yang mencakup semua hal tentang seni bela diri Thailand karena kekuatannya yang luar biasa.

Selain tinjuan dari kedua tangan, olahraga lutut, tulang kering dan siku bisa memiliki efek nyeri yang luar biasa ketika dipukul.

Olahraga ini merupakan simbol budaya de facto Thailand. Mereka tidak hanya menghasilkan petarung legendaris, tetapi juga tempat pertarungan (alias stadion) yang menjadi ikon tersendiri.

Dua di antaranya, Lumpinee dan Rajadamnern Bangkok dikenal sebagai Kejuaraan Bergengsi di sasana mereka sendiri. Terlepas dari gelarnya, kedua stadion tersebut juga merupakan tempat wisata yang wajib dikunjungi dengan suasana nya yang menawan di malam laga. Liputan media tentang Muay Thai juga kian tersebar luas, beberapa pihak juga sudah mulai menyukai olahraga ini. Apalagi dengan disiapkan tempat untuk mereka yang ingin menjadi penonton ataupun mempelahjari lebih dalam tentang Muay Thai.

Olahraga Tinju ala Modern Barat di Thailand

Penggunaan anggota tubuh lain selain tangan adalah ciri khas Muay Thai dibanding olahraga tinju pada umumnya. Olahraga ini memberikan lebih banyak pilihan bagi petarung untuk menyerang lawan mereka dengan keras. Dan di saat yang sama memungkinkan mereka untuk melakukan beberapa variasi gerakan tambahan.

Tidak seperti Filipina yang menghasilkan juara dunia profesional pertama mereka pada abad ke-20. Thailand membutuhkan waktu lebih lama untuk memenangkan gelar pro pertama mereka karena mementingkan seni bela diri sendiri. Mengingat Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh barat.

Selain itu, para petarung harus bekerja lebih dari dua kali lipat untuk mendapatkan pengakuan dengan minimnya sorotan media atas pertarungan mereka di luar Thailand. Sebelum penampilan perdana Sor Rungvisai di Amerika Serikat, Jepang adalah tujuan utama para petinju untuk mencari kehormatan sebagai seorang petinju sekaligus gelar mereka.

Petinju Legendaris Thailand

Dengan perkembangan tinju yang terlambat di Thailand, olahraga ini baru berkembang setelah Perang Dunia Kedua. Namun, itu juga dikenal karena petinju yang sempat diremehkan justru memenangkan gelar secara mengejutkan.

Sama seperti petinju pada umumnya, mereka memulai karier mereka dengan berlatih Muay Thai dan memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan gaya tinju barat yang lebih cepat.

Berikut adalah beberapa petinju terbaik yang berasal dari “Land of Smiles” ini ;

Pone Kingpetch

Pone Kingpetch terlahir dengan nama Mana Seedokbuab, ia adalah Juara Dunia Profesional pertama di Thailand. Ia berhasil mengalahkan Pascual Perez dari Argentina dengan keputusan ganda pada tahun 1960 untuk memenangkan gelar kelas terbang NBA (sekarang dikenal sebagai WBA) dan The Ring dari majalah The Ring. Ia juga dikenal berkat pertarungannya dengan Fighting Harada dan Hiroyuki Ebihara, dimana ia juga membawa pulang sabuk WBC pada tahun 1964.

Khaosai Galaxy

Khaosai Galaxy adalah satu-satunya orang Thailand yang ada di International Boxing Hall of Fame. Khaosai memiliki nama asli Sura Saenkham dikenal sebagai salah satu pemukul tubuh terberat dengan tangan kirinya yang mematikan. Ia memenangkan sabuk kelas terbang super WBA dengan mengalahkan Eusebio Espinal pada tahun 1984. Ia kemudian berhasil mempertahankan gelar tersebut sebanyak 19 kali hingga tahun 1991, yang berpuncak pada salah satu gelar terpanjang dalam tinju.

Dia juga memiliki saudara kembar, Khaokor (Sura Saenkham), yang juga memenangkan gelar dunia setelah mengalahkan Wilfredo Vazquez untuk mahkota kelas bantam WBA pada tahun 1988. Ini menjadikan mereka saudara kembar pertama yang memegang sabuk tersebut.

Saensak Muangsurin

Saensak Muangsurin dikenal sebagai juara dunia tercepat. Dia dan petinju asal Ukraina, Vasyl Lomachenko berbagi rekor pertarungan paling sedikit untuk memenangkan sabuk yang ketiga.

Saensak dengan nama asli Boonsong Mansri melakukan ini dengan mengalahkan Perico Fernandez dari Spanyol pada tahun 1975 untuk mengklaim mahkota kelas super ringan WBC. Sebelum itu, ia juga unggul dalam Muay Thai karena ia adalah juara 140lb di Lumpinee.

Veeraphol Sahaprom

Veeraphol Sahaprom merupakan salah satu petinju terbaik Muay Thai. Ia telah menjuarai tiga divisi Stadion Rajadamnern sebelum mengenakkan sepatu pada tahun 1994. Pada pertarungan keempatnya, ia memenangkan gelar dunia pertamanya setelah melumpuhkan Daorung Chuvantana dengan keputusan ganda untuk mengklaim kelas bantam WBA pada tahun 1995.

Dia lebih dikenal sebagai raja kelas bantam WBC selama sembilan tahun dari 1996 hingga 2005. Dari sini ia mempertahankan sabuknya selama empat belas kali. Selama masa jabatannya, “Deathmask / Topeng Maut” dengan nama asli Theerapol Samranklang mengembangkan persaingannya dengan Joichiro Tatsuyoshi dan Toshiaki Nishioka dimana ia sukses menang dalam pertandingan tersebut. Namun, Veeraphol Sahaprom harus menderita setelah dikalahkan oleh Hozumi Hasegawa yang akhirnya kehilangan sabuknya.

Somluck Kamsing

Somluck Kamsing merupakan sang Juara Olimpiade Pertama Thailand, setelah memenangkan emas kelas bulu atas petinju Bulgaria Serafim Todorov di pertandingan Atlanta pada tahun 1996. Sebelum kemenangannya, mereka hanya memenanngkan satu perak dan tiga perunggu di Olimpiade Tinju.

Srisaket Sor Rungvisai

Srisaket Sor Rungvisai adalah mantan juara dunia dua kali. Petinju yang bernama asli Wisaksil Wangek menjadi berita utama dengan kemenangan besar di Amerika Serikat. Ia merupakan salah satu petinju paling aktif, menjadi salah satu wajah divisi kelas terbang super, mencatatkan kemenangan melawan petinju Meksiko, Juan Fransisco Estrada dan petinju Nikaragua, Roman Gonzalez yang ditayangkan di HBO.