Sejarah dan Asal-usul Petinju Profesional
Para petinju profesional semakin bertambah banyak dengan seiring waktu. Apalagi sejak transisi era “London Prize Ring Rules ke “Introduction of the Queensberry Rules”.
Dari karakter pertarungan tinju yang terlihat sangat keras dan tanpa senjata. Olahraga tinju secara umum diciptakan lebih aman karena aturan revolusioner yang kita lihat hingga saat ini. Seperti penggunaan sarung tangan, setiap ronde membutuhkan waktu tiga menit. Tak kalah penting, setiap momen knockdown dan knockout dihitung selama sepuluh detik.
Butuh waktu sampai pada tahun 1982 untuk akhirnya memiliki perubahan yang signifikan sejak aturan Queensberry, ketika pertarungan kejuaraan dipersingkat dari 15 ronde menjadi 12. Ini juga sehubungan dengan kematian Duk Koo Kim empat hari setelah ia bertarung dengan Ray Mancini di Las Vegas.
Maka dengan pertarungan yang berlaku, tidak ada yang bisa menghentikan kebangkitan permainan profesional. Dari peraturan terbaru tersebut, para pemain amatir menerima banyak keuntungan termasuk hadiah yang besar. Apalagi semakin hari, olahraga ini semakin mengikuti tren prestise dan bergengsi. Para petinju pun menjadi semakin terbaik di planet ini.
Namun, terlepas dari potensi pendapatannya, olahraga tinju telah dilarang, terutama di Kuba. Pertarungan tinju profesional dilarang oleh rezim Castro selama enam dekade hingga dicabut pada tahun 2022. Maka setelah menjadi negara yang memiliki potensi di kancah Olimpiade, Kuba melihat kualitasnya. Tetapi sempat memburuk karena pembelotan amatir top mereka untuk mengejar perebutan hadiah mereka.
Sejak munculnya adegan tinju pro, pertarungan kelas berat menjadi pertarungan yang bergengsi. Maka dari sini memunculkan banyak promosi dan menghasilkan persaingan terbesar dan terberat. Tidak heran, dari pertarungan kelas berat ini, melahirkan legenda seperti Dempsey, Louis, Ali, Tyson dan banyak lagi.
Pada saat yang sama, pertarungan tinju kelas berat juga menghasilkan hype dan prestise, terutama di Asia dimana tidak ada petarung diatas 175 pon. Itulah sebabnya kenapa petinju asal Filipina dan Jepang memiliki juara dunia kelas bawah. Karena pemegang gelar terberat mereka dari kedua negara datang di kelas menengah.